Hari ini adalah hari istimewa
bagi tim basket Ardhy, Jay, David, Erpan dan Erpin yang tergabung dalam tim
“Perisai Merah”, karena hari ini adalah babak kualifikasi Kejuaraan Basket
Nasional. Untuk itu Ardhy, Jay, David, Erpan dan Erpin bersiap-siap untuk
bermain, Ardhy sebagai kapten tim basket Perisai Merah tengah sibuk mengatur
strategi untuk menghadapi tim Tongkat Muda. Dalam permainan ini Ardhy sebagai Center,
Erpan sebagai Power Forward, Erpin sebagai Small
Forward, David sebagai Point Guard, dan Jay sebagai Shooting
Guard. Mereka bertekad akan bermain dengan maksimal dan memberikan yang
terbaik sesuai posisinya masing-masing, agar mereka dapat lolos ke fase
selanjutnya.
Terdengar suara peluit Tip-off, semua pemain mulai menunjukkan bakatnya dalam
memainkan bola basket. Tim Perisai Merah bermain dengan baik, begitu pula
dengan tim Tongkat Muda. Mereka saling jual beli serangan, sang kapten Ardhy
selalu menjadi pusat perhatian penonton karena permainannya yang apik dan
cemerlang. Tim Perisai Merah mendominasi permainan hingga pada akhirnya Tim
Perisai Merah lah yang menang dan lolos ke babak selanjutnya.
Pertandingan
pun usai, kedua tim saling berjabat tangan satu sama lain. Sementara itu di
bangku penonton ada seorang gadis yang selalu memperhatikan permainan sang
kapten Ardhy dari awal hingga akhir pertandingan. Gadis yang memiliki rambut
terjulang sampai ke bahu yang dihiasi dengan jepitan rambut berwarna biru.
Gadis ini sangat menyukai warna biru, terlihat dari apa yang ia kenakan, mulai
dari jam tangan biru, syal biru, bahkan ia selalu memakai bros mawar berwarna
biru. Gadis itu bernama Shinta, gadis yang baik, ramah serta memiliki lesung
pipit yang indah. Shinta adalah teman satu sekolah Ardhy, ia mengagumi Ardhy
sejak mereka duduk dibangku kelas X. Shinta memang tidak satu kelas dengan
Ardhy, karena Ardhy sering tampil dalam kejuaraan basket, makadari itu semua
orang disekolahannya kenal dengan Ardhy.
“whooooaaaa
akhirnya….” Kata Erpan dan Erpin yang saling meninju tangan satu sama
lain.”lawannya ecek-ecek, gak pantes mereka bertanding melawan kita, pasukan
Perisai Merah” lanjut David dengan gaya sombongnya dan berlagak bak jagoan. Si
Jay yang sedari tadi memainkan gadgetnya tidak menggubris apa yang tengah
dibicarakan teman-temannya. ”ini baru awal, jangan terlalu bangga. Masih banyak
tim lain diluar sana yang menghadang kita untuk memenangkan kompetisi bergengsi
ini, terutama tim Belati Hitam. Tim yang sudah menjadi rival kita, terus lah
berlatih dengan keras!” kata Ardhy dengan penuh ambisius dan sangat misterius.
Namun dalam sedetik saja, ia bisa berubah 180°. Berubah menjadi kejam dan
angkuh. Jika diibaratkan, Ardhy bisa saja memutuskan gadis sana sini tanpa ada
rasa bersalah sedikitpun. Biar begitu, Ardhy orang yang bertanggung jawab,
makanya ia ditunjuk sebagai kapten di tim Perisai Merah.
Setelah
semuanya bubar, Shinta menghampiri Ardhy yang tengah sibuk merapikan
perlengkapannya. Tak lama Ardhy pun membalikkan badannya sembari menggendong
tas, Shinta pun terkejut karena ia tak tau apa yang harusnya ia katakan, akhirnya
ia menyapa Ardhy “em… hai Ardhy, selamat ya…!” Ardhy langsung menjawab dengan
nada cueknya “hai…” kemudian menyuruh kawan-kawannya untuk pergi duluan. Shinta
kemudian melanjutkan pembicaraanya “penampilan kamu tadi hebat, apalagi slam dunk kamu yang terakhir tadi,
berkat kamu tim Perisai Merah menang…!” “Thanks..” singkat Ardhy.“oh ya, namaku
Shinta, aku satu sekolahan dengan kamu” “oh, ada perlu apa?” “Cuma mau ngucapin selamat aja soalnya tim kamu
lolos ke babak selanjutnya”.”udah?” jawab Ardhy yang langsung meninggalkan Shinta
sendirian dilapangan basket. Shinta terus memandangi Ardhy yang melangkah
menuju pintu keluar, dengan diselimuti rasa senang bercampur sedih.
Lusa, tim
Perisai Merah akan bertanding melawan tim Loreng putih. Walau tim Loreng Putih
bukan lah ancaman yang serius bagi Ardhy dkk, tetap saja mereka harus latihan
dengan rasa kerja keras. Dipertengahan sesi latihan tim Perisai Merah, Shinta
pun duduk dipojok kursi penonton tanpa melepaskan pandangannya dari Ardhy.
David pun berbisik kepada Ardhy,”bro, noh liat dipojokan ada yang merhatiin gua
terus tuh, hahaha” Jay yang mendengar itu langsung meledek “sok deh lo ! masa
iya tuh cewek ngeliatin bungkusan sampah.. hahahah, jelas jelas tuh cewek lagi
merhatiin si kapten”.”iye tau.. gue cuman bercanda, sialan lu Jay. Oh ya, by
the way tuh cewek, doi lu dhy?” jawab David. Dengan tatapan tajamnya Ardhy pun
menjatuhkan pandangannya ke Shinta yang sedang memperhatikan dirinya, sembari
berkata “au dah, gak kenal gue ! ngapain juga ngurusin tuh cewe, gak penting !
Yang penting bagaimana caranya kita bisa bertemu di final nanti dengan tim
Belati Hitam”.”gak penting?” Tanya Erpin “maca ciiih?” sambung Erpan dengan
nada alay nya. Semua tertawa kecil terkecuali Ardhy, ia tetap fokus dalam
menjalani sesi latihannya.
Akhirnya
hari dimana tim Perisai Merah menghadapi tim Loreng putih pun tiba. Ardhy
memimpin tim Perisai Merah memasuki lapangan dengan gagah. Tak disengaja Ardhy
pun melihat Shinta, gadis yang gemar menggunakan atribut serba biru itu. Shinta
pun melemparkan senyum manis kepada Ardhy sebagai tanda penyemangat. Ardhy pun
berkata dalam hati “kok Shinta gak kapok sih gue cuekin terus terusan? Tapi
sumpah, baru gua sadari Shinta itu cantik dan manis. Aaarrrgghh, fokus fokus
fokus ! gue musti fokus ke pertandingan”.
Peluit
berbunyi, tanda pertandingan antara tim Perisai Merah dan Loreng Putih dimulai.
Perlawanan dari Loreng Putih pun cukup sengit, Ardhy dkk unggul di quarter 1
dan 2. Tetapi mereka terlena akan keunggulan itu, akibatnya di quarter ke 3 tim
Perisai Merah tertinggal 9 angka. Dengan keadaan seperti ini, Ardhy pun memberi
isyarat untuk mengganti formasi. Yaitu memfokuskan untuk mendapatkan Three
point, yang artinya tim Perisai Merah sangat bergantung kepada Jay sebagai
Shooting guard. Akhirnya dengan perubahan strategi yang dirancang Ardhy, tim
Perisai Merah dapat melaju ke babak selanjutnya, seperti biasa Ardhy pun
bersikap dingin dan cuek. Tapi kali ini dia melamun, dia merasakan suatu hal
yang berbeda. Hal yang diberikan Shinta kepada Ardhy disaat memasuki lapangan
basket tadi, yaitu senyuman manis Shinta. Setelah tersadar dari lamunan, Ardhy
pun melihat ke seluruh tempat duduk penonton, tapi Shinta tidak ada. Ardhy
terlihat kebingungan sampai David menegurnya. “wei kapten, lo kenapa? Kaya
copet nyari tempat persembunyian aje, hahaha canda bro”.”muka lo tuh tampang
copet, gak kok.. gak apa apa” jawab Ardhy bimbang. “bilang aja nyariin cewek
yang waktu itu merhatiin lo terus, yakan?” celetuk Jay. Ardhy pun tak menjawab
dan langsung bergegas menuju parkiran dengan kebingungan dan kegelisahan yang
sedang melanda dirinya. Sempat terlintas dibenak Ardhy, “apa gue udah jatuh
cinta sama Shinta?”
Keesokan
harinya, saat jam istirahat tiba Ardhy bergegas menuju lapangan basket, tempat
yang menurutnya dapat menenangkan fikirannya saat ini. Disaat ia menembakan
bola ke arah ring basket untuk yang kesekian kalinya, tembakan itu meleset dan
bola bergulir ke arah kaki seorang gadis yang memakai sepatu biru, tidak lain
tidak bukan gadis itu Shinta. Lalu Shinta mengambil bola itu dan membawakannya
kepada Ardhy, betapa terkejutnya Ardhy melihat kedatangan Shinta.”Latihan
sendirian?” Tanya Shinta.”eh engga kok, cuman lagi pengen aja main basket.
Soalnya lagi mikirin sesuatu hehe” jawab Ardhy yang tidak seperti
biasannya.”oohh pasti kamu lagi mikirin strategi buat menang dikompetisi nanti
yak? cieee” ejek Shinta. Sebenernya kini Ardhy tidak terlalu memikirkan tentang
kompetisi itu, tapi ia selalu memikirkan perasaan yang ia rasakan disaat
berdekatan dengan Shinta. Ardhy pun mengalihkan pembicaraan ”lo mau belajar
basket kan? Sini gue ajarin” tawaran dari Ardhy pun diterima Shinta.
Mereka menghabiskan jam istirahat bersama dengan bermain
basket. Tak elak canda, tawa, dan keceriaan setia menemani mereka selama
bermain basket. 5 menit lagi istirahat selesai dan mereka pun menyudahi bermain
basketnya. Mereka pun duduk di pinggir lapangan sembari melepas penat dan lelah
setelah bermain basket.”lo suka hal yang berbau warna biru ya? Soalnya kalo gue
liat liat, apa yang lo kenakan pasti berkaitan dengan warna biru..” Tanya Ardhy
memecah kesunyian “iyaa aku suka banget sama hal yang berbau warna biru,
terutama bros mawar biru ini. Kalo kemana mana aku selalu memakai bros ini, gak
tau deh gimana jadinya kalo aku kehilangan bros ini” sambil melepaskan bros
mawarnya dan menunjukan kepada Ardhy. Bodohnya Ardhy, ia menatap dalam mata
Shinta tanpa berkedip, menunjukan bahwa Ardhy ingin mengungkapkan perasaannya
kepada Shinta.”hey dhy? Kamu kok ngelamun?” Tanya Shinta, belum sempat dijawab
oleh Ardhy bel masuk pun berbunyi, Shinta bergegas pergi menuju kelasnya dan ia
meninggalkan Ardhy berduaan dengan bros mawar birunya. Shinta lupa membawa
kembali bros mawar biru kesayangannya itu. Ardhy pun menyimpan bros itu untuk
Shinta, sampai ia bertemu Shinta kembali.
Menjelang laga melawan tim Ganggang Hijau, sang kapten
Ardhy jatuh sakit. Maag kronis dan typus yang dideritanya membuat ia tidak
dapat bertanding untuk beberapa waktu, sampai ia harus menginap di Rumah Sakit.
Rasa gelisah terus menghantui Ardhy, apakah tim Perisai Merah akan melaju ke
final? Atau gugur? Walaupun begitu, Ardhy pun percaya kepada Jay, David, Erpan
dan Erpin untuk membawa tim Perisai Merah meraih kemenangan dikompetisi ini.
Hari ini tim Perisai Merah bertanding melawan tim Belati Hitam, Shinta pun
hadir untuk menyaksikan pertandingan final ini. Tapi sang kapten Ardhy masih
tidak terlihat dibench Perisai Merah. Peluit tip-off telah terdengar, tanda
bahwa pertandingan sudah dimulai. Tim Belati Hitam adalah tim yang sangat kuat
dan memang sudah dari dulu menjadi rival sejati Ardhy dkk. Tim Perisai Merah
sangat kesulitan melawan tim Belati Hitam mereka selalu kehilangan bola, karena
tim Belati Hitam selalu merebut bola dengan cepat. Masalah terjadi dikubu
Perisai Merah, Ron yang menggantikan posisi Ardhy sebagai center mengalami
cedera di kaki kanannya. Tidak ada yang berani mengambil posisi center, tapi di
pintu masuk datang seseorang dengan pakaian merah, pakaian kebanggaan tim
Perisai Merah. Semua orang dibuat bingung dan heran, setelah keluar dari pintu
masuk ternyata orang itu adalah sang kapten dari tim Perisai Merah, Ardhy. Penonton
bersorak sorai, menyambut kedatangan kembali sang bintang lapangan basket.
Ardhy pun melihat Shinta yang berada dikursi penonton, dengan saling melempar
senyuman. Tetapi, di quarter 3 ini selisih angka berbeda jauh, 72 untuk Belati
Hitam dan 60 untuk Perisai Merah.
Seluruh anggota tim Perisai Merah sudah lelah untuk bertanding, mereka pasrah
dengan keadaan. Tetapi dari bangku penonton terdengar suara lantang dari
seorang gadis seumuran dengan Ardhy, ternyata itu Shinta “jangan menyerah… buktikan
kalau kalian bisa.., kami yakin kalau kalian pasti bisa…!!!” dengan semangat
membara Ardhy membalas perkataan Shinta “OK, kami pasti bisa…, Thanks Shinta..!!!”. Kemudian mereka
melanjutkan pertandingan kembali, dengan semangat baru tim Perisai Merah
membuat strategi baru, yaitu dengan umpan cepat dan Three point shoot. Di quarter 4 pun menjadi lebih
seru, kedua tim saling menyerang dan merebut bola, walaupun skor masih unggul
tim Belati Hitam dengan skor 89-73 tetapi tim Perisai Merah terus mengejar
ketertinggalannya.
Berkali-kali Jay memasukkan bola yang bernilai tiga sampai skornya menjadi
89-88 dan waktu tinggal beberapa menit lagi. Di menit-menit terakhir ini kedua
tim tidak mau kemasukan bola lagi, mereka lebih fokus kepada pertahanan dari
pada penyerangan. Tetapi jika terus bertahan tim Perisai Merah akan kalah,
kemudian Ardhy membuat rencana baru, setelah sepakat dengan rencana itu tim
Perisai Merah mulai bereaksi. Bola di bawa oleh Jay, semua pemain Belati Hitam
terfokus pada Jay, saat Jay ingin melakukan
Three point tim Belati Hitam sudah bersiap menghalau bola dari Jay,
tetapi Jay tidak melakukan Three point melainkan
umpan kebelakang kepada Ardhy. Ardhy pun mendribble bola dengan cepat kedepan ring dan
bersiap melakukan slam dunk,tim Belati
Hitampun bersiap menghalau Ardhy tetapi di bawah ring David sudah siap
melakukan lay up. Ardhy langsung mengumpan
kepada David, karena tim Belati Hitam terfokus kepada Ardhy dan Jay, David
dengan mudah melakukan lay up dan
memasukkan bola kedalam ring. Semua pendukung Perisai Merah berteriak
karena mereka sangat senang tim Perisai Merah dapat unggul dari rivalnya, tim
Belati Hitam dengan skor 89-90. Waktu pertandingan tinggal satu menit lagi,
sekarang giliran Perisai Merah yang bertahan. Tetapi saat tim Belati Hitam
mulai menyerang, pertandingan sudah berakhir.
Kedua tim saling berjabat tangan, dan mereka berharap dapat bertanding bersama
lagi. Shinta menghampiri Ardhy dan mengucapkan selamat kepada Ardhy dan timnya,
kemudian Ardhy berkata kepada Shinta “berani taruhan nggak?”
“taruhan apa?” jawab Shinta “jika bola ini masuk ke ring, maka lo harus
mengatakan kalau lo cinta gue di depan seluruh penonton!” “kalau nggak masuk?”
“terserah lo, lo maunya apa?” “emm… apa ya…??? Kalau nggak masuk, kamu harus nembak aku di depan
seluruh penonton! Deal?” “DEAL !!”
Ardhy
mulai mengambil posisi shoot, ketika
ia akan mulai melemparkan bola ke arah ring, Shinta menyenggol Ardhy sehingga
bolanya tidak masuk kedalam ring. “lo curang!” “curang apa?” “tadi lo nyenggol
gue” “kan tadi nggak ada peraturan
dilarang menyenggol”. kalah tetaplah kalah meskipun Shinta curang, ia harus
menembak Shinta di depan penonton pertandingan basket. “Shinta, gue sayang lo,
gua cinta lo! Shinta, maukah lo menjadi pacar gue?”. Semua orang memperhatikan
Ardhy dan Shinta, dan Shintapun menjawab “iya Ardhy, aku juga sayang dan cinta sama kamu, aku mau kok jadi pacar kamu….!”
Setelah itu, mereka sering berlatih bermain basket bersama. Dan tim basket
Perisai Merah berkali-kali memenangkan pertandingan basket dengan berbagai
strategi dan taktik yang baru dan pastinya jitu.
***
“Untuk
mendapatkan sesuatu yang diinginkan, pastilah ada perjuangannya. Tidak peduli
seberat apapun rintangan yang menghadang, jika kita melaksanakannya dengan
penuh rasa cinta dan tanggung jawab….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar