Sabtu, 31 Mei 2014

Basket dan Gadis Biru

Hari ini adalah hari istimewa bagi tim basket Ardhy, Jay, David, Erpan dan Erpin yang tergabung dalam tim “Perisai Merah”, karena hari ini adalah babak kualifikasi Kejuaraan Basket Nasional. Untuk itu  Ardhy, Jay, David, Erpan dan Erpin bersiap-siap untuk bermain, Ardhy sebagai kapten tim basket Perisai Merah tengah sibuk mengatur strategi untuk menghadapi tim Tongkat Muda. Dalam permainan ini Ardhy sebagai Center, Erpan sebagai Power Forward, Erpin sebagai Small Forward, David sebagai Point Guard, dan Jay sebagai Shooting Guard. Mereka bertekad akan bermain dengan maksimal dan memberikan yang terbaik sesuai posisinya masing-masing, agar mereka dapat lolos ke fase selanjutnya.
            Terdengar suara peluit Tip-off, semua pemain mulai menunjukkan bakatnya dalam memainkan bola basket. Tim Perisai Merah bermain dengan baik, begitu pula dengan tim Tongkat Muda. Mereka saling jual beli serangan, sang kapten Ardhy selalu menjadi pusat perhatian penonton karena permainannya yang apik dan cemerlang. Tim Perisai Merah mendominasi permainan hingga pada akhirnya Tim Perisai Merah lah yang menang dan lolos ke babak selanjutnya.

Pertandingan pun usai, kedua tim saling berjabat tangan satu sama lain. Sementara itu di bangku penonton ada seorang gadis yang selalu memperhatikan permainan sang kapten Ardhy dari awal hingga akhir pertandingan. Gadis yang memiliki rambut terjulang sampai ke bahu yang dihiasi dengan jepitan rambut berwarna biru. Gadis ini sangat menyukai warna biru, terlihat dari apa yang ia kenakan, mulai dari jam tangan biru, syal biru, bahkan ia selalu memakai bros mawar berwarna biru. Gadis itu bernama Shinta, gadis yang baik, ramah serta memiliki lesung pipit yang indah. Shinta adalah teman satu sekolah Ardhy, ia mengagumi Ardhy sejak mereka duduk dibangku kelas X. Shinta memang tidak satu kelas dengan Ardhy, karena Ardhy sering tampil dalam kejuaraan basket, makadari itu semua orang disekolahannya kenal dengan Ardhy.
“whooooaaaa akhirnya….” Kata Erpan dan Erpin yang saling meninju tangan satu sama lain.”lawannya ecek-ecek, gak pantes mereka bertanding melawan kita, pasukan Perisai Merah” lanjut David dengan gaya sombongnya dan berlagak bak jagoan. Si Jay yang sedari tadi memainkan gadgetnya tidak menggubris apa yang tengah dibicarakan teman-temannya. ”ini baru awal, jangan terlalu bangga. Masih banyak tim lain diluar sana yang menghadang kita untuk memenangkan kompetisi bergengsi ini, terutama tim Belati Hitam. Tim yang sudah menjadi rival kita, terus lah berlatih dengan keras!” kata Ardhy dengan penuh ambisius dan sangat misterius. Namun dalam sedetik saja, ia bisa berubah 180°. Berubah menjadi kejam dan angkuh. Jika diibaratkan, Ardhy bisa saja memutuskan gadis sana sini tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Biar begitu, Ardhy orang yang bertanggung jawab, makanya ia ditunjuk sebagai kapten di tim Perisai Merah.
Setelah semuanya bubar, Shinta menghampiri Ardhy yang tengah sibuk merapikan perlengkapannya. Tak lama Ardhy pun membalikkan badannya sembari menggendong tas, Shinta pun terkejut karena ia tak tau apa yang harusnya ia katakan, akhirnya ia menyapa Ardhy “em… hai Ardhy, selamat ya…!” Ardhy langsung menjawab dengan nada cueknya “hai…” kemudian menyuruh kawan-kawannya untuk pergi duluan. Shinta kemudian melanjutkan pembicaraanya “penampilan kamu tadi hebat, apalagi slam dunk kamu yang terakhir tadi, berkat kamu tim Perisai Merah menang…!” “Thanks..” singkat Ardhy.“oh ya, namaku Shinta, aku satu sekolahan dengan kamu” “oh, ada perlu apa?” “Cuma mau ngucapin selamat aja soalnya tim kamu lolos ke babak selanjutnya”.”udah?” jawab Ardhy yang langsung meninggalkan Shinta sendirian dilapangan basket. Shinta terus memandangi Ardhy yang melangkah menuju pintu keluar, dengan diselimuti rasa senang bercampur sedih.
Lusa, tim Perisai Merah akan bertanding melawan tim Loreng putih. Walau tim Loreng Putih bukan lah ancaman yang serius bagi Ardhy dkk, tetap saja mereka harus latihan dengan rasa kerja keras. Dipertengahan sesi latihan tim Perisai Merah, Shinta pun duduk dipojok kursi penonton tanpa melepaskan pandangannya dari Ardhy. David pun berbisik kepada Ardhy,”bro, noh liat dipojokan ada yang merhatiin gua terus tuh, hahaha” Jay yang mendengar itu langsung meledek “sok deh lo ! masa iya tuh cewek ngeliatin bungkusan sampah.. hahahah, jelas jelas tuh cewek lagi merhatiin si kapten”.”iye tau.. gue cuman bercanda, sialan lu Jay. Oh ya, by the way tuh cewek, doi lu dhy?” jawab David. Dengan tatapan tajamnya Ardhy pun menjatuhkan pandangannya ke Shinta yang sedang memperhatikan dirinya, sembari berkata “au dah, gak kenal gue ! ngapain juga ngurusin tuh cewe, gak penting ! Yang penting bagaimana caranya kita bisa bertemu di final nanti dengan tim Belati Hitam”.”gak penting?” Tanya Erpin “maca ciiih?” sambung Erpan dengan nada alay nya. Semua tertawa kecil terkecuali Ardhy, ia tetap fokus dalam menjalani sesi latihannya.
Akhirnya hari dimana tim Perisai Merah menghadapi tim Loreng putih pun tiba. Ardhy memimpin tim Perisai Merah memasuki lapangan dengan gagah. Tak disengaja Ardhy pun melihat Shinta, gadis yang gemar menggunakan atribut serba biru itu. Shinta pun melemparkan senyum manis kepada Ardhy sebagai tanda penyemangat. Ardhy pun berkata dalam hati “kok Shinta gak kapok sih gue cuekin terus terusan? Tapi sumpah, baru gua sadari Shinta itu cantik dan manis. Aaarrrgghh, fokus fokus fokus ! gue musti fokus ke pertandingan”.
            Peluit berbunyi, tanda pertandingan antara tim Perisai Merah dan Loreng Putih dimulai. Perlawanan dari Loreng Putih pun cukup sengit, Ardhy dkk unggul di quarter 1 dan 2. Tetapi mereka terlena akan keunggulan itu, akibatnya di quarter ke 3 tim Perisai Merah tertinggal 9 angka. Dengan keadaan seperti ini, Ardhy pun memberi isyarat untuk mengganti formasi. Yaitu memfokuskan untuk mendapatkan Three point, yang artinya tim Perisai Merah sangat bergantung kepada Jay sebagai Shooting guard. Akhirnya dengan perubahan strategi yang dirancang Ardhy, tim Perisai Merah dapat melaju ke babak selanjutnya, seperti biasa Ardhy pun bersikap dingin dan cuek. Tapi kali ini dia melamun, dia merasakan suatu hal yang berbeda. Hal yang diberikan Shinta kepada Ardhy disaat memasuki lapangan basket tadi, yaitu senyuman manis Shinta. Setelah tersadar dari lamunan, Ardhy pun melihat ke seluruh tempat duduk penonton, tapi Shinta tidak ada. Ardhy terlihat kebingungan sampai David menegurnya. “wei kapten, lo kenapa? Kaya copet nyari tempat persembunyian aje, hahaha canda bro”.”muka lo tuh tampang copet, gak kok.. gak apa apa” jawab Ardhy bimbang. “bilang aja nyariin cewek yang waktu itu merhatiin lo terus, yakan?” celetuk Jay. Ardhy pun tak menjawab dan langsung bergegas menuju parkiran dengan kebingungan dan kegelisahan yang sedang melanda dirinya. Sempat terlintas dibenak Ardhy, “apa gue udah jatuh cinta sama Shinta?”
            Keesokan harinya, saat jam istirahat tiba Ardhy bergegas menuju lapangan basket, tempat yang menurutnya dapat menenangkan fikirannya saat ini. Disaat ia menembakan bola ke arah ring basket untuk yang kesekian kalinya, tembakan itu meleset dan bola bergulir ke arah kaki seorang gadis yang memakai sepatu biru, tidak lain tidak bukan gadis itu Shinta. Lalu Shinta mengambil bola itu dan membawakannya kepada Ardhy, betapa terkejutnya Ardhy melihat kedatangan Shinta.”Latihan sendirian?” Tanya Shinta.”eh engga kok, cuman lagi pengen aja main basket. Soalnya lagi mikirin sesuatu hehe” jawab Ardhy yang tidak seperti biasannya.”oohh pasti kamu lagi mikirin strategi buat menang dikompetisi nanti yak? cieee” ejek Shinta. Sebenernya kini Ardhy tidak terlalu memikirkan tentang kompetisi itu, tapi ia selalu memikirkan perasaan yang ia rasakan disaat berdekatan dengan Shinta. Ardhy pun mengalihkan pembicaraan ”lo mau belajar basket kan? Sini gue ajarin” tawaran dari Ardhy pun diterima Shinta.
Mereka menghabiskan jam istirahat bersama dengan bermain basket. Tak elak canda, tawa, dan keceriaan setia menemani mereka selama bermain basket. 5 menit lagi istirahat selesai dan mereka pun menyudahi bermain basketnya. Mereka pun duduk di pinggir lapangan sembari melepas penat dan lelah setelah bermain basket.”lo suka hal yang berbau warna biru ya? Soalnya kalo gue liat liat, apa yang lo kenakan pasti berkaitan dengan warna biru..” Tanya Ardhy memecah kesunyian “iyaa aku suka banget sama hal yang berbau warna biru, terutama bros mawar biru ini. Kalo kemana mana aku selalu memakai bros ini, gak tau deh gimana jadinya kalo aku kehilangan bros ini” sambil melepaskan bros mawarnya dan menunjukan kepada Ardhy. Bodohnya Ardhy, ia menatap dalam mata Shinta tanpa berkedip, menunjukan bahwa Ardhy ingin mengungkapkan perasaannya kepada Shinta.”hey dhy? Kamu kok ngelamun?” Tanya Shinta, belum sempat dijawab oleh Ardhy bel masuk pun berbunyi, Shinta bergegas pergi menuju kelasnya dan ia meninggalkan Ardhy berduaan dengan bros mawar birunya. Shinta lupa membawa kembali bros mawar biru kesayangannya itu. Ardhy pun menyimpan bros itu untuk Shinta, sampai ia bertemu Shinta kembali.
Menjelang laga melawan tim Ganggang Hijau, sang kapten Ardhy jatuh sakit. Maag kronis dan typus yang dideritanya membuat ia tidak dapat bertanding untuk beberapa waktu, sampai ia harus menginap di Rumah Sakit. Rasa gelisah terus menghantui Ardhy, apakah tim Perisai Merah akan melaju ke final? Atau gugur? Walaupun begitu, Ardhy pun percaya kepada Jay, David, Erpan dan Erpin untuk membawa tim Perisai Merah meraih kemenangan dikompetisi ini.
            Hari ini tim Perisai Merah bertanding melawan tim Belati Hitam, Shinta pun hadir untuk menyaksikan pertandingan final ini. Tapi sang kapten Ardhy masih tidak terlihat dibench Perisai Merah. Peluit tip-off telah terdengar, tanda bahwa pertandingan sudah dimulai. Tim Belati Hitam adalah tim yang sangat kuat dan memang sudah dari dulu menjadi rival sejati Ardhy dkk. Tim Perisai Merah sangat kesulitan melawan tim Belati Hitam mereka selalu kehilangan bola, karena tim Belati Hitam selalu merebut bola dengan cepat. Masalah terjadi dikubu Perisai Merah, Ron yang menggantikan posisi Ardhy sebagai center mengalami cedera di kaki kanannya. Tidak ada yang berani mengambil posisi center, tapi di pintu masuk datang seseorang dengan pakaian merah, pakaian kebanggaan tim Perisai Merah. Semua orang dibuat bingung dan heran, setelah keluar dari pintu masuk ternyata orang itu adalah sang kapten dari tim Perisai Merah, Ardhy. Penonton bersorak sorai, menyambut kedatangan kembali sang bintang lapangan basket. Ardhy pun melihat Shinta yang berada dikursi penonton, dengan saling melempar senyuman. Tetapi, di quarter 3 ini selisih angka berbeda jauh, 72 untuk Belati Hitam dan 60 untuk Perisai Merah.
            Seluruh anggota tim Perisai Merah sudah lelah untuk bertanding, mereka pasrah dengan keadaan. Tetapi dari bangku penonton terdengar suara lantang dari seorang gadis seumuran dengan Ardhy, ternyata itu Shinta “jangan menyerah… buktikan kalau kalian bisa.., kami yakin kalau kalian pasti bisa…!!!” dengan semangat membara Ardhy membalas perkataan Shinta “OK, kami pasti bisa…, Thanks Shinta..!!!”. Kemudian mereka melanjutkan pertandingan kembali, dengan semangat baru tim Perisai Merah membuat strategi baru, yaitu dengan umpan cepat dan Three point shoot. Di quarter 4 pun menjadi lebih seru, kedua tim saling menyerang dan merebut bola, walaupun skor masih unggul tim Belati Hitam dengan skor 89-73 tetapi tim Perisai Merah terus mengejar ketertinggalannya.
            Berkali-kali Jay memasukkan bola yang bernilai tiga sampai skornya menjadi 89-88 dan waktu tinggal beberapa menit lagi. Di menit-menit terakhir ini kedua tim tidak mau kemasukan bola lagi, mereka lebih fokus kepada pertahanan dari pada penyerangan. Tetapi jika terus bertahan tim Perisai Merah akan kalah, kemudian Ardhy membuat rencana baru, setelah sepakat dengan rencana itu tim Perisai Merah mulai bereaksi. Bola di bawa oleh Jay, semua pemain Belati Hitam terfokus pada Jay, saat Jay ingin melakukan Three point tim Belati Hitam sudah bersiap menghalau bola dari Jay, tetapi Jay tidak melakukan Three point melainkan umpan kebelakang kepada Ardhy. Ardhy pun mendribble bola dengan cepat kedepan ring dan bersiap melakukan slam dunk,tim Belati Hitampun bersiap menghalau Ardhy tetapi di bawah ring David sudah siap melakukan lay up. Ardhy langsung mengumpan kepada David, karena tim Belati Hitam terfokus kepada Ardhy dan Jay, David dengan mudah melakukan lay up dan memasukkan  bola kedalam ring. Semua pendukung Perisai Merah berteriak karena mereka sangat senang tim Perisai Merah dapat unggul dari rivalnya, tim Belati Hitam dengan skor 89-90. Waktu pertandingan tinggal satu menit lagi, sekarang giliran Perisai Merah yang bertahan. Tetapi saat tim Belati Hitam mulai menyerang, pertandingan sudah berakhir.
            Kedua tim saling berjabat tangan, dan mereka berharap dapat bertanding bersama lagi. Shinta menghampiri Ardhy dan mengucapkan selamat kepada Ardhy dan timnya, kemudian Ardhy berkata kepada Shinta “berani taruhan nggak?” “taruhan apa?” jawab Shinta “jika bola ini masuk ke ring, maka lo harus mengatakan kalau lo cinta gue di depan seluruh penonton!” “kalau nggak masuk?” “terserah lo, lo maunya apa?” “emm… apa ya…??? Kalau nggak masuk, kamu harus nembak aku di depan seluruh penonton! Deal?” “DEAL !!”
            Ardhy mulai mengambil posisi shoot, ketika ia akan mulai melemparkan bola ke arah ring, Shinta menyenggol Ardhy sehingga bolanya tidak masuk kedalam ring. “lo curang!” “curang apa?” “tadi lo nyenggol gue” “kan tadi nggak ada peraturan dilarang menyenggol”. kalah tetaplah kalah meskipun Shinta curang, ia harus menembak Shinta di depan penonton pertandingan basket. “Shinta, gue sayang lo, gua cinta lo! Shinta, maukah lo menjadi pacar gue?”. Semua orang memperhatikan Ardhy dan Shinta, dan Shintapun menjawab “iya Ardhy, aku juga sayang dan cinta sama kamu, aku mau kok jadi pacar kamu….!”
            Setelah itu, mereka sering berlatih bermain basket bersama. Dan tim basket Perisai Merah berkali-kali memenangkan pertandingan basket dengan berbagai strategi dan taktik yang baru dan pastinya jitu.
***

“Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, pastilah ada perjuangannya. Tidak peduli seberat apapun rintangan yang menghadang, jika kita melaksanakannya dengan penuh rasa cinta dan tanggung jawab….”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar